Metode Pertanian 4.0 Semakin Menjanjikan
Dunia pertanian yang terus menerus dituntut untuk bisa menyesuaikan dengan perkembangan zaman, agaknya kini mulai menunjukkan titik terang.
Kenapa ?
Karena bertepatan dengan peringatan World Soil Day 2021, Kementerian Pertanian meresmikan pilot project Pertanian Presisi 4.0. Pilot project tersebut adalah Indoor Vertical Farming dan Smart Greenhouse. Kedua terobosan inovasi tersebut menerapkan pendekatan Internet of Things (IoT).
Menteri Pertanian, Syahrul Yasin Limpo, mengatakan, pertanian presisi merupakan salah satu upaya menjawab tantangan sektor pertanian di tengah perubahan iklim dan masalah lahan pertanian yang semakin berkurang. “Setiap tahun di Indonesia terjadi alih fungsi lahan pertanian 150.000 hektare. Masalah kedua adalah climate change. Di saat turbulensi dan tantangan ini, harus ada inovasi yang terus dilahirkan Badan Litbang. Kedua, semua sudah harus ada pendekatan Artificial Intelligences, harus presisi, urban farming ,” terang Syahrul.
- Indoor Vertical Farming atau pertanian vertikal yang dikembangkan oleh BBSDLP memanfaatkan teknologi sinar artifisial (buatan) UV. Teknologi ini berperan sebagai pengganti sinar matahari. Selain itu, inovasi ini juga menggunakan media tanam rockwool, pemberian nutrisi yang presisi melalui pipa PVC, dan tidak menggunakan pestisida. Dengan begitu, inovasi ini sebetulnya merupakan budidaya yang ramah lingkungan. Konsep pertanian vertikal bisa diterapkan di lahan sempit. Dengan luas bangunan 48 m2, petani bisa menanam tanaman secara bertingkat dengan luas tanam 80 m2. Bangunan ini bisa menampung 3.500 pot tanaman sayuran. Agar proses budidaya berlangsung baik, pertanian vertikal dilengkapi dengan monitoring dan kendali suhu yang terintegrasi dengan perangkat komputer dan smart phone, serta pengawasan yang dilakukan melalui CCTV dan time lapse camera.
- Inovasi kedua yang diperkenalkan adalah Smart Greenhouse dengan luas 600 m2. Smart Greenhouse ini dilengkapi dengan kontrol suhu dan kelembapan, nutrisi, serta tanaman. Kontrol tersebut telah terhubung dengan perangkat komputer dan telepon genggam. Perlakuan tersebut dinilai mampu menghasilkan produk hortikultura berkualitas premium.
Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Balitbangtan), Dr. Fadjry Djufry, mengatakan, pilot project ini sudah dikonsep, bahkan hingga hilirisasi dari produk sayuran dan buah yang dihasilkan. “Indoor Vertical Farming dan Smart Greenhouse yang kita miliki di sini sudah berbasis IoT. Ini masih pilot project dalam skala terbatas, tapi alhamdulillah sudah ada offtaker-nya yang hadir juga. Jadi yang dijual seperti selada sudah ada pembelinya. Jadi, memang sudah kita hitung berapa input dan output yang dihasilkan nanti dari setiap aktivitas yang kita lakukan di sini,” papar Fadjry.
Semoga bermanfaat.
Informasi lebih lanjut tentang produk-produk PT. Mutiaracahaya Plastindo, bisa didapatkan lewat menghubungi kami disini.