Seluk Beluk Urban Farming
Urban farming atau kegiatan berkebun di tengah perkotaan kini menjadi tren gaya hidup di kota-kota besar di dunia. Urban farming tidak hanya bermanfaat dari segi ekonomi, namun juga kesehatan. Namun apa sesungguhnya manfaat dari pelaksanaan urban farming ini?
Definisi
Urban farming adalah istilah yang merujuk pada kegiatan bercocok tanam atau beternak secara mandiri, di wilayah perkotaan dengan lahan terbatas, yang kemudian hasilnya diolah untuk dikonsumsi sendiri atau didistribusikan ke tempat lain.
Manfaat
Urban farming biasanya dilakukan dengan menanam tanaman yang sering dikonsumsi, seperti sayur-sayuran, jamur, buah-buahan, umbi-umbian, tanaman obat, ataupun tanaman hias. Urban farming pun juga bisa diaplikasikan ke dalam bentuk beternak hewan, seperti unggas, kelinci, kambing, domba, sapi, hingga ikan.
Keuntungan dari urban farming
- Membantu memenuhi kebutuhan pangan berkualitas. Di wilayah padat penduduk, urban farming menjadi strategi tepat dalam upaya membantu rumah tangga ekonomi lemah dalam memperbaiki keamanan pangan serta konsumsi pangan yang beragam, bergizi seimbang dan aman. Produk urban farming dinilai lebih segar dan bergizi, dengan harga yang kompetitif, karena tidak melalui proses pengemasan, penyimpanan, dan pendistribusian yang memakan waktu berhari-hari.
- Menciptakan lapangan pekerjaan. Urban farming tidak hanya sekadar tren gaya hidup perkotaan, tapi juga dapat menjadi peluang bisnis, menciptakan lapangan pekerjaan dan pendapatan untuk masyarakat yang hidup di perkotaan.
- Meningkatkan konsumsi buah dan sayuran segar. Urban farming membuat masyarakat sekitar untuk lebih sering mengonsumsi buah dan sayuran segar karena bisa diakses dengan mudah dan cepat.
- Baik untuk kesehatan tubuh dan mental. Urban farming membantu kita untuk kembali terhubung dengan alam. Kegiatan ini dapat menurunkan tingkat stres, serta menjaga kesehatan mental secara keseluruhan.
- Menciptakan lingkungan sehat. Urban farming juga merupakan wujud upaya merevitalisasi lingkungan, menciptakan lahan hijau, mengurangi panas dan polusi udara, serta menurunkan risiko banjir dan tanah longsor.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam merealisasikan urban farming.
- Wadah tanaman
Anda bisa menanam pohon di tanah langsung atau menggunakan wadah berupa pot, botol, ember bekas, ban mobil bekas, atau media penampung lainnya. - Media penanaman
Gunakan tanah kebun sebagai media penanaman. Atau juga bisa mengganti tanah kebun dengan benda-benda substrat, seperti kulit kacang, sabut kelapa, sekam padi, atau tanah Bila substrat juga tidak tersedia, kita bisa menggunakan air yang dicampurkan dengan larutan pupuk. - Pengairan
Untuk pengairan atau irigasi, Anda bisa memanfaatkan air hujan atau air sisa yang masih layak. Air yang diperlukan untuk menyiram tanaman, relatif sedikit. Untuk taman seluas satu meter persegi, hanya membutuhkan kurang dari 3 liter air per hari. - Tanaman
Di taman mikro untuk urban farming, Anda bisa menanam berbagai sayuran siap saji, seperti kol, selada, mentimun, tomat, dan bawang. Sebagai variasi, coba tanam pula tanaman herbal, seperti kunyit, jahe, dan lengkuas.
Meski begitu, perlu diingat bahwa pemilihan tanah ataupun air untuk irigasi menjadi dua faktor yang penting. Hindari menggunakan tanah atau air yang terkontaminasi unsur-unsur berbahaya. Selain itu, hindari juga menggunakan pestisida yang dapat meracuni tanah dan hasil tanam.
Jangan lupa untuk selalu mengenakan sarung tangan, dan cuci tangan dengan benar setelah berkebun dan sebelum makan.
Informasi lebih lanjut tentang produk-produk PT. Mutiaracahaya Plastindo, bisa didapatkan lewat menghubungi kami disini.